PENGARUH FAKTOR MANUSIA TERHADAP BUDAYA KESELAMATAN PADA PROSES PERAWATAN PESAWAT UDARA DI PT. MULYA SEJAHTERA TECHNOLOGY

Keselamatan penerbangan merupakan aspek krusial yang tidak terpisahkan dari industri penerbangan, dan sebagian besar kecelakaan pesawat disebabkan oleh kinerja manusia yang kurang optimal. Penelitian ini berangkat dari observasi bahwa masih terdapat praktik kerja yang kurang aman di PT. Mulya Sejahtera Technology, seperti teknisi yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dan tidak menggunakan tali pengaman (safety harness) saat bekerja di ketinggian, yang mengindikasikan adanya isu pada budaya keselamatan. Penulis mengidentifikasi beberapa "dirty dozen" yang berhubungan dengan faktor manusia, antara lain kurangnya komunikasi, kepuasan, kurangnya pengetahuan, gangguan, kurangnya kerja sama tim, kelelahan, tekanan, kurangnya sumber daya, kurangnya ketegasan, stres, kurangnya kesadaran, dan norma/kebiasaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur nilai faktor manusia dan budaya keselamatan serta mengetahui seberapa besar pengaruh faktor manusia terhadap budaya keselamatan di PT. Mulya Sejahtera Technology. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, dengan mengumpulkan data melalui kuesioner daring yang disebarkan kepada 79 karyawan, yang salah satunya terdiri dari manajer, staf, teknisi, dan helper. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan program SPSS 29 dengan teknik analisis statistik deskriptif dan uji hipotesis. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor manusia (X), sedangkan variabel terikatnya adalah budaya keselamatan (Y). Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa variabel faktor manusia (X) berada dalam kategori "baik" dengan nilai rata-rata 73,1%. Namun, terdapat celah yang perlu diperbaiki, terutama pada aspek sumber daya, di mana ketersediaan APD masih dianggap kurang, dan aspek kesadaran teknisi yang belum optimal dalam menggunakan peralatan yang telah disediakan. Di sisi lain, variabel budaya keselamatan (Y) hanya mencapai kategori "sedang" dengan nilai rata-rata 56,2%, yang mengindikasikan bahwa implementasi budaya keselamatan di lapangan belum sepenuhnya sejalan dengan kebijakan perusahaan. Uji regresi linier sederhana menghasilkan persamaan Y = 20.566 + 0.354X. Persamaan ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan 5% pada faktor manusia akan meningkatkan budaya keselamatan sebesar 0.354. Hasil uji signifikan (Sig.) sebesar 0.006 < 0.05 ini menunjukkan bahwa faktor manusia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap budaya keselamatan, karena H1 diterima dan H0 ditolak. Pengujian hipotesis dengan uji-t juga menguatkan penelitian ini, di mana nilai t-hitung sebesar 2.808 > nilai t-tabel 1.668, yang secara definitif H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor manusia secara signifikan mempengaruhi budaya keselamatan. Nilai F-hitung sebesar 7.887 juga lebih besar dari nilai F-tabel 3.97. Hasil ini menunjukkan bahwa faktor manusia secara simultan berpengaruh signifikan terhadap budaya keselamatan. Hasil nilai koefisien determinasi sebesar 0.081, memiliki hubungan antara variabel bebas (faktor manusia) terhadap variabel terikat (budaya keselamatan) sebesar 8.1 %. Sedangkan 91.9% dipengaruhi variabel lain di luar model penelitian ini yang mempengaruhi faktor manusia lainnya di PT. Mulya Sejahtera Technology yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Secara keseluruhan, penelitian ini menegaskan bahwa faktor manusia memegang peranan krusial dalam membentuk budaya keselamatan di PT. Mulya Sejahtera Technology. Dengan nilai budaya keselamatan yang masih tergolong "sedang", perusahaan disarankan untuk memperkuat kesadaran dan praktik keselamatan melalui program-program pelatihan yang lebih intensif, perbaikan ketersediaan sumber daya, serta penguatan pengawasan untuk menjembatani kesenjangan antara kebijakan dan implementasi di lapangan. Peningkatan berkelanjutan dalam aspek-aspek ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan produktif.

Kata Kunci: Faktor Manusia, Budaya Keselamatan, Dirty Dozen, Regresi Linier Sederhana

Flight safety is a crucial and inseparable aspect of the aviation industry, as a significant number of aircraft accidents are caused by suboptimal human performance. This research stems from the observation of unsafe work practices at PT. Mulya Sejahtera Technology, such as technicians not using Personal Protective Equipment (PPE) and safety harnesses when working at heights, which indicates an issue with the safety culture. The author identified several "dirty dozen" factors related to human error, including lack of communication, complacency, lack of knowledge, distraction, lack of teamwork, fatigue, pressure, lack of resources, lack of assertiveness, stress, lack of awareness, and norms/habits. The purpose of this study is to measure the value of human factors and safety culture and to determine the extent of the influence of human factors on safety culture at PT. Mulya Sejahtera Technology. The research method used is quantitative, with data collected through an online questionnaire distributed to 79 employees, including managers, staff, technicians, and helpers. The collected data were then analyzed using the SPSS 29 program with descriptive statistical analysis techniques and hypothesis testing. The independent variable in this study is human factors (X), while the dependent variable is safety culture (Y). The results of the descriptive analysis show that the human factors variable (X) is in the "good" category with an average value of 73.1%. However, there are still gaps that need to be improved, especially in the aspect of resources, where the availability of PPE is still considered inadequate, and the aspect of technician awareness, which is not yet optimal in using the provided equipment. On the other hand, the safety culture variable (Y) only reached the "moderate" category with an average value of 56.2%, indicating that the implementation of safety culture in the field is not fully aligned with company policy. Simple linear regression testing resulted in the equation Y = 20.566 + 0.354X. This equation shows that every 5% increase in human factors will increase safety culture by 0.354. The significant test result (Sig.) of 0.006 < 0.05 indicates that human factors have a significant influence on safety culture, as H1 is accepted and H0 is rejected. Hypothesis testing with the t-test also strengthens this finding, where the t-count value of 2.808 is greater than the t-table value of 1.668, which definitively rejects H0 and accepts H1, thus concluding that human factors significantly influence safety culture. The F-count value of 7.887 is also greater than the F-table value of 3.97. This result shows that human factors have a significant simultaneous effect on safety culture. The coefficient of determination value is 0.081, which means that the relationship between the independent variable (human factors) and the dependent variable (safety culture) is 8.1%. The remaining 91.9% is influenced by other variables outside this research model that affect other human factors at PT. Mulya Sejahtera Technology which are not included in this study. Overall, this research confirms that human factors play a crucial role in shaping the safety culture at PT. Mulya Sejahtera Technology. With the safety culture value still classified as "moderate," the company is advised to strengthen awareness and safety practices through more intensive training programs, improving resource availability, and strengthening supervision to bridge the gap between policy and field implementation. Continuous improvement in these aspects is expected to create a safer and more productive work environment.

Keyword: Human Factors, Safety Culture, Dirty Dozen, Simple Linear Regression